Assalammualaikum......
Bismillah
Entahlah
apa yang sebenernya lagi aku rasain. Tapi, belakangan ini aku jadi orang yang
terlalu banyak bicara. Membagi hal-hal tidak penting di snapgram/whatsapp. Aku
bingung apa yang sedang terjadi pada diriku, curhatan yang mungkin sudah bosen didenger
oleh Mbak Odett, Sabil dan Mei. Whats going on you my dear soul? Apa yang aku
harapkan dari pertemuan singkat? Apa yang aku harapkan dari seorang manusia
antah-berantah? Sudah Rum, dia bukan ragu. Tapi, memang tidak ada alasan untuk
itu.
sumber: http://style.tribunnews.com/2017/07/21/tahu-tidak-novel-dilan-ini-diangkat-dari-kisah-nyata-lho-penasaran-dengan-sosok-aslinya |
Oke.
Kali ini aku mau ngereview. Eh kayaknya bahasanya ketinggian ya. Aku mau cerita
aja mengenai perjalananku selama membaca Buku Ayah, yak Pidi Baiq. Dilan. Dilan
dengan kisah asmara SMA nya terkenal itu. Aku baru saja rampung membaca Milea,
suara dari Dilan. Buku ini aku pinjam dari Salsabilah, sebenernya aku juga
turut serta menemainya membeli buku ini. Sudah lama, tapi saat itu apalagi saat
Salsa selesai membaca ketiga bukunya, aku masih belum tertarik membacanya.
Dengan alasan, aku udah harus selektif dengan apa yang mau aku baca karena
waktuku tak lagi banyak. Apalagi untuk kisah kasih masa putih abu-abu.
Sepulang
dari Kalimantan Tengah, tiba-tiba aja bilang ke Sabil kalo aku mau baca Dilan
dan langsung meminjam ketiga seri bukunya.
Quote yang lagi populer sekali. |
Dilan.
Dia adalah Dilanku Tahun 1990. Ini adalah buku pertama Pidi Baiq yang aku baca.
Aku gak terlalu kenal Pidi Baiq, hanya sebatas ada quote beliau di jalan Asia
Afrika Bandung kalo gak salah yang pernah jadi background fotoku waktu
berkunjung ke Bandung 3 tahun lalu. Hanya sebatas itu.
Buku
ini memberikan kesegaran tersendiri dengan bahasanya yang simple dan nyaman.
Kisah masa putih abu-abu selalu ringan untuk dikonsumsi. Dilan dengan kepribadiannya
yang loveable banget menurutku. Siapa
sih yang tidak akan jatuh cinta dengan Dilan? Iya kalo cowok wajarlah ya. Haha.
Caranya yang unik untuk mendapatkan hati Milea Adnan Hussain. Cara Pidi Baiq
menuliskan kisah mereka membuatku seolah-olah menjadi orang ketiga saat Dilan
dan Milea sedang berduaan. Berkeliling Bandung tahun 1990. Rasanya Bandung
begitu menyejukkan. Begitu ramah untuk menghabiskan waktu remaja dengan
menciptakan ribuan kenangan disetiap sudutnya. Selain menyampaikan kisah-kasih
Dilan dan Milea buku ini juga menceritakan tentang keluarga keduanya. Bunda
adalah favoritku!!! Rasanya ada aja ilmu parenting
disetiap bukunya. Buku pertama ini aku selesaikan cukup lama karena memang
terpotong waktu berkunjung ke rumah Nenek di luar kota, terpotong karena masih
ada buku lain yang belum rampung. Terpotong urusan kampus. Intinya meski
menarik dan aku mulai jatuh cinta dengan Dilan, buku ini belum cukup kuat untuk
menarikku berdiam diri membacanya sampai selesai sesegera mungkin. Dilan yang
unik dan beda. Milea, kamu beruntung karena Dilan sempat menjadi milikmu.
Karena
ketidak berdayaanku mencegah spoiler dari
sahabatku Salsabilah. Kubiarkan kebiasaannya yang selalu banyak omong itu
cerita apa yang mau dia ceritakan. Bahkan endingnya sudah diberitahukan sebelum
buku Dilan, dia adalah Dilanku Tahun 1991 kubuka lembar pertamanya. Karena bukunya
dipinjam oleh Odetta dan belum dibaca. Karena iseng main ke kamar adikku dan
aku menemukan jodohku. Yak. Aku nemu buku Dilan, dia adalah Dilanku Tahun 1991
dan langsung saja kubawa ke kamar untuk kubaca.
Dilan,
dia adalah Dilanku Tahun 1991 jauh lebih lucu dan buat ngakak. Cara Milea
menceritakan Dilan disini membuatku semakin mau ke Dilan. Hahaha. Cara Dilan
memperlakukan Milea, cara Dilan bersikap ke semua orang. Ah Dilan, tahun 2017
masih adakah laki-laki seperti kamu? Biar itu jadi milik Rumi. *iniapa-_-
Entahlah
rasanya ingin cepat-cepat menyelesaikan buku ini. Karena nggak sabar untuk
membaca Milea, Suara dari Dilan. Aku merasa sedikit bosan beberapa bab
terakhir. Tapi, perihal membaca, sekali kamu memulai untuk membaca maka kamu
harus menutupnya dihalaman terakhir buku. Buku ini dirampungkan dengan
terseok-seok karena bosan tapi harus selesai.
Aku
selalu penasaran dengan sudut pandang Dilan mengenai keseluruhan cerita dari
Milea. Aku penasaran bagaimana Dilan berfikir dan mengolah semuanya. Benar saja
Dilan memang patut mendapatkan hatiku *iniapa-_- bukunya selesai dengan tiga
kali nutup doang. Dua hari selesai. Pasti lebih lama dari waktu yang kalian
butuh kan? Tapi bagiku itu udah cepet banget untuk nyelesain baca buku romance lagi.
Dilan,
dibuku ini keliatan sekali Dilan adalah pria cerdas! Puisi-puisinya cerdas.
Biasa tapi mengagumkan. Bawa-bawa Enstain dan kecepatan cahaya lagi. Cara Dilan
bergaul dengan teman-temannya, cara Dilan menjalani hari sebagai anak, adik dan
kakak. Aku rasa Dilan memiliki kesamaan denganku. Mengejar kebebasan dan sangat
tau bahwa semua ada batasan. Cara Dilan menuliskan kisahnya dari sudut
pandangnya, menurutku yaaa seperti laki-laki pada umumnya. Dibuku Milea, Suara
dari Dilan. Menurutku Dilan sangat menjaga harga dirinya. Sangat menjaga.
Seperti itulah laki-laki. Mereka sangat baik dalam mengontrol perasaan.
Perempuan bisa apa(?)
Milea.....
selama baca buku kedua aku selalu cerita ke Salsa mengenai perkembangan
bacaannku. Aku sedikit menyesali keputusan-keputusan Milea, mungkin karena aku
juga pernah mengalami hal yang sama di masa lalu. Padahal, Milea begitu
beruntung karena nyatanya Dilan sudah sangat pasti mencintai Milea. Kenapa harus
mengekang? Kenapa harus mendikte? Padahal kita sama-sama tau Dilan itu seperti
apa. Seperti itulah remaja. Seperti Dilan katakan, perempuan selalu ingin
laki-lakinya berkembang nyaris sesuai dengan yang dia inginkan. Dengan menjauhi
hal-hal yang tidak baik menurut perempuannya.
Bukankah
saling mendukung untuk tumbuh kuat mencapai impian masing-masing itu jauh lebih
keren? Oh iya, Milea masih SMA tahun itu. Tapi, mungkin yang akan dilakukan
oleh seorang siswi SMA akan sama dengan Milea. Entahlah, tapi aku mungkin tidak
akan pernah mengekang apalagi mengancam putus, Milea. Apalagi ke seorang Dilan
yang marahpun tidak pernah. Dilan yang sangat menghargai Milea.
Ah....
intinya buku ini boleh banget untuk dibaca. Buku ini asik dan unik. Cara
menulis Ayah (sepertinya beberapa orang memanggil Pidi Baiq begitu) sangat
menyenangkan dan penuh gairah. Buku yang mungkin bisa sama-sama kisahnya kita
jadikan pelajaran. Seperti itulah laki-laki dengan harga dirinya dan begitulah
perempuan yang hanya bisa menunggu.
Aku
pernah melewati, saat dimana sesorang seperti kilat berubah. Menghilang tanpa
kabar sebagai respon dari sikapku. Mungkin dia seperti Dilan, tidak ingin
menggangguku padahal aku terus menunggu.
So ladies,
kalo ketemu yang kayak Dilan dipertahanin. Jangan dikekang. Jangankan
laki-laki. Perempuan yang belum terjamah konsep emansipasi saja gak mau
dikekang. Laki-laki itu harga dirinya tinggi. Hahaha dan perempuan hanya bisa
menunggu. Tapi, jika itu Dilan.. maka aku tidak akan sekedar menunggu. Aku akan
bertanya.. *inibohong
Ditulis
setelah selesai menutup buku ketiga dan sepertinya tidak sabar untuk menonton
filmnya.
Bye..
Assalammualaikum,
^^
22:50;
Friday 13 Oct 2017.
Aku belum selesai baca Milea. Well, kerasa banget sih beda feelnya karena ditulis dari sudut pandang Dilan. Kalo yg Dilan kan ditulis dari sudut pandang cewek, jadi kerasa banget feel romantisnya Dilan dan sukses bikin pembaca cewek langsung jatuh hati ke karakter Dilan. :D
ReplyDeletePidi Baiq menyampaikan sudut pandang Milea dengan yaaa begitulah cewek :D
DeleteAku udah baca semua novelnya pidi baiq, dan paling suka yg judulnya Milea suara dari dilan kalau gak salah, sweet banget bacanya hehehe
ReplyDeletesalam kenal ya sheniliana.blogspot.com
Sakam kenal Mbak Yuliana, wah penggemar Pidi Baiq nihhh. Terima kasih sudah berkunjung ke blog rumi :)
Delete