“Heal the world make it a better place, for
you and for me and the entire human race. There are people dying, if you care
enough for the living, make a batter place.”
Dunia ini akan baik-baik saja.
Indonesia akan sepenuhnya merdeka.
Indonesia akan sepenuhnya merdeka.
Indonesia akan maju.
Indonesia akan makmur seutuhnya.
Anak-anak bangsa akan cerdas.
Kemiskinan akan terhapuskan.
Percaya? Harus.
Berdoa tanpa keyakinan, mana mungkin
Allah kabulkan. Berusaha tanpa keyakinan, pasti tak akan tekun.
Indonesia dengan jumlah penduduk
yang selalu bertambah dan masalah-masalah sosial yang kian menumpuk menuntut
untuk diselesaikan. Indonesia dengan tingkat korupsi yang tinggi dan budaya malu
pada diri sendiri serta Tuhan yang rendah. Indonesia dengan kesadaraan cinta
akan lingkungan yang kurang. Indonesia, negara dengan masyarakat konsumtif.
Indonesia, yang kurang sosok nasionalis. Indonesia yang carut, marut, kacau,
macet dan miskin.
Tapi,
Indonesia tanah airku, tempatku
dilahirkan. Lebih dari itu, Indonesia ragam dengan budaya yang penuh cinta.
Indonesia negara yang merdekanya penuh perjuangan. Indonesia yang lahir dari
tumpah darah pahlawan. Indonesia yang dibesarkan oleh guru-guru di pelosok
negeri. Indonesia yang ditopang petani-petani di ujung perbatasan. Indonesia
yang hidup dari nelayan-nelayan pesisir pantai. Indonesia yang tetap dijaga
oleh mereka diperbatasan walau penuh keterbatasan. Indonesia yang tetap dinamis
dengan ribuan gerakan kepemudaan. Indonesia yang tetap hidup dengan
kepedulian-kepedulian. Indonesia yang selalu diisi dengan ide-ide cemerlang
dari pemuda-pemudanya.
Lingkungan temapt tinggal adik-adik TPA Sukawinatan, Save Street Child Palembang |
Indonesia yang penuh dengan orang-orang
baik. Indonesia penuh dengan orang-orang
yang berkeyakinan. Indonesia penuh dengan pekerja-pekerja keras yang jujur. Indonesia
penuh dengan ketulusan-ketulusan yang murni.
Indonesia.
Yang lahir dari sejarah.
Indonesia.
Yang lahir dari orang-orang
berintegritas.
Indonesia.
Yang lahir dari sosok penuh cinta
dan cerdas.
Aku mungkin masih belum paham akan
sejarah negeri ini. Sejarah sebenarnya, tanpa ada yang dikurangi apalagi sosok
yang dilupakan. (Sejarah, kenapa aku gak ambil jurusan sejarah aja ya dulu.
Haha). Katanya tak setiap negara punya sejarah. Kita harus berbangga karena
kemerdekaan diraih dengan penuh cerita dan derita.
Lalu,
Bagaimana
kita mengisi kemerdekaan itu?
Atau
Sudahkah
kita merdeka?
Aku berutung, karena keisenganku ikut paskibra SMP secara alamiah menanamkan jiwa-jiwa nasionalis. Belum hilang pedihnya pengalaman dijemur dan dibentak-bentak, SMA ikut paskibra lagi. Jangan ditanya gimana rasanya guling botol, makan cepet atau tidur dengan sepatu dan baju tebal. Mandi cepat dan air sedikitpun hal yang lumrah. Tapi, dari kegiatan seperti itu aku belajar menghargai, aku belajar menyesuaikan diri. Boleh bermanja-manja karena kita anak Ayah dan Ibu tapi jangan pula apatis karena kita juga anak bangsa. Alhamdulillah, siksa-derita-air mata, tidak sia-sia. (Insyaallah). Gimana pengalaman paskibmu teman? Meluap? Sia-sia? Masih suka buang sampah sembarangan?
Aku berutung, karena keisenganku ikut paskibra SMP secara alamiah menanamkan jiwa-jiwa nasionalis. Belum hilang pedihnya pengalaman dijemur dan dibentak-bentak, SMA ikut paskibra lagi. Jangan ditanya gimana rasanya guling botol, makan cepet atau tidur dengan sepatu dan baju tebal. Mandi cepat dan air sedikitpun hal yang lumrah. Tapi, dari kegiatan seperti itu aku belajar menghargai, aku belajar menyesuaikan diri. Boleh bermanja-manja karena kita anak Ayah dan Ibu tapi jangan pula apatis karena kita juga anak bangsa. Alhamdulillah, siksa-derita-air mata, tidak sia-sia. (Insyaallah). Gimana pengalaman paskibmu teman? Meluap? Sia-sia? Masih suka buang sampah sembarangan?
Indonesia
2018.
Penuh
dengan drama dari kaca mataku.
Tapi
juga penuh dengan orang-orang baik.
Ruang Belajar Kelas Belajar Sukawinatan, Save Street Child Palembang |
Di
Palembang, kota dimana aku dibesarkan. Puluhan komunitas sosial bersinergi
bahu-membahu membudayakan kebaikan. Membudayakan berbagi tanpa mengenal lelah,
seperti Jumat Sedekah. Kini sudah menjadi sebuah yayasan, kegiatan rutinnya
membagikan nasi setiap hari Jumat untuk mereka yang membutuhkan, juga
mengumpulkan donasi untuk orang-orang membutuhkan dan sering melakukan pasar
murah. Ketimbang Ngemis, komunitas yang memberikaan bantuan kepada (terutama)
lansia yang masih saja dengan gagah berani tetap mencari nafkah.
Budaya
literasi pun mulai menjamur, menanamkan akar agar kelak kokoh dalam menemani
usaha meningkatkan budaya baca anak bangsa. Sobat Literasi Jalanan, komunitas
melapak buku. Selalu banjir pembaca, mengenalkan kembali nikmatnya buku.
Kelas-kelas
belajar dari Komunitas Rumah Belajar Ceria, selain kelas belajar RBC sudah
memiliki kampung yang dibina masyarakat sekitarnya dengan memberikan
pelatihan-pelatihan juga memiliki rumah jamur. Lalu, Relawan Anak Sumatera
Selatan, yang fokus memberikan pendidikan tambahan untuk anak-anak penjual
koran. Komunitas Peduli Kanker Anak dan Penyakit Kronis, komunitas yang ikut
membersamai hari-hari anak-anak penderita kanker dan penyakit kronis untuk
tetap mendapatkan ruang belajar dan cita-cita.
Banyak
sekali. Itu hanya beberapa.
Save Street Child Palembang.
Dari
komunitas ini aku belajar banyak. Aku belajar dari seorang mahasiswa
kedokteran, yang entah bagaimana, beliau selalu punya waktu, rela dan ikhlas
menyeberang Ampera untuk ke Sukawinatan. Dari beliau, aku beneran belajar bagaimana
sebenarnya prioritas itu. Lalu, dari sosok yang lembut namun tegas dalam
bersikap. Aku belajar bagaimana totalitas dalam beramal. Bagaimana kebahagiaan
itu menular.
TPA Sukawinatan, Save Street Child Palembang |
TPA Sukawinatan, Save Street Child Palembang |
Dari
orang yang selalu ingin berbagi. Aku belajar bahwa hidup selalu menyajikan
pilihan-pilihan baik. Selalu. Selalu. Bahwa Allah selalu menjawab doa-doa.
Bahwa ingin Allah hanya sebatas Kaf dan Nun. Terjadi, maka terjadilah.
Kak, Mbak, bagiku mengenal kalian seperti
mengenalkanku dengan sisi-sisi baik dari diriku. Bahwa kebaikan harus
ditemukan, disadari lalu dibangun agar kokoh.
Sampai
kelak, semoga kita tidak lelah dengan kegiatan-kegiatan yang tak riuh, jauh
dari tepuk tangan. Semoga kita tak menuntut, atas jerih yang tak dikenali oleh
uang melimpah. Semoga kita, kelak akan melihat mereka pandai membaca, mereka
hebat dalam berhitung, mereka lulus SMA, mereka diwisuda menjadi sarjana, lebih
dari itu, semoga kelak mereka mencintai negeri ini. Mereka mencintai sesama,
mereka mengasihi yang lemah, mereka menguatkan yang rapuh, mereka jujur tanpa
cela, mereka berani, mereka menjelajah jauh menerapkan ilmu-ilmu dari kita.
Save
Street Child Palembang, bukan hanya sebuah komunitas.
Save
Street Child Palembang, sebuah perjalananku dalam mencari ilmu. Mengenal banyak
kebaikan, merasakan cinta yang tulus, sebuah cerita yang bermakna. Selamat HUT
ke-6. Semoga kelak, akan ada HUT ke-16; ke-26 dst.
Comments
Post a Comment