“Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari
sejarah – Pramoedya Ananta Toer, House of Glass.”
Hallooo! Assalammualaikum ^^
Mungkin gak sih tulisanku ini ada manfaatnya?
Mungkin gak sih aku juga akan abadi kayak Eyang Pram? Mungkin gak sih setiap
artikel yang aku post menambah
panjang umur Harumi Paramaiswari ini? Aku tuh... aku tuh sebenernya pengen
punya tulisan yang penuh makna dan menginspirasi gitu. Oke skip~ Maafkan Rumi
ya teman-teman.
Mengikuti
pemilihan Duta Bahasa Sumatra Selatan
Wah! Apa? Duta Bahasa? Hehe. Orang yang kenal dan
deket, pasti tahu banget Rumi itu bukan orang yang tampil. Bukan sekali. Suka
bersembunyi, tempat kesukaan sih tetep, dibelakang badan kakak yang tinggi itu
loh kak! Ckck.
Awalnya aku ingin daftar disalah satu program
Kemenpora, Kapal Pemuda Nusantara. Tahun ini syarat administrasinya harus
mengirimkan 2 buah esai, sampai dengan tanggal penutupan aku belum sempat
menyelesaikan satu esai kebaharian. Karena memang belum banyak ilmu tentang itu
alias malas. Jangan ditiru ya teman-teman. Iseng, aku nyari-nyari kegiatan apa
yang bisa aku ikutin dalam waktu dekat. Ketemulah akun ig @dubassumsel, akunnya
dikunci tapi langsung diterima untuk mengikuti. Yup, ternyata lagi buka
pendaftaran untuk Pemilihan Duta Bahasa 2018. Seperti berjodoh, semua berkas
yang diperlukan dengan lancar dipersiapkan dan diunggah ke google form.
Pengumuman tahap administari, aku lolos. Kemudian
test kebahasaan yang terdiri dari UKBI dan UKBA.
Apa
sih UKBI?
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, test yang
dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbahasa seseorang dalam berkomunikasi
dengan menggunakan Bahasa Indonesia, baik Penutur Indonesia atau Penutur Asing.
Seperti toefl-lah teman-teman.
Ternyata Bahasa Indonesia kita juga ada, namanya UKBI, diingat ya.
Sebenarnya UKBI sudah dikembangkan oleh Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional sejak 1997 tapi baru diresmikan penggunaanya
tahun 2006. Sayangnya, aku saja baru tahu test ini tahun lalu. 2017. Saat
kebetulan lagi di Jakarta dan ada UKBI gratis dari Badan Bahasa tapi karena
sesuatu dan lain hal gak bisa ikut.
UKBA
Uji Kemahiran Bahasa Asing. TOEFL dong? Bukan loh! Alhamdulillah bukan. Hehe. Di sesi UKBA ini
kita diminta menulis esai dengan tema yang sudah ditentukan pihak panitia atau
balai bahasa. Alhamdulillah, tema yang diberikan ada yang aku kuasai. Kalo
dipiki-pikir, aku lumayan malu sama yang memeriksa esaiku, karena salah penulisan
dan grammar yang ala kadarnya. You know my english lah ya.
Wawancara
Ditahap ini, para peserta pemilihan Duta Bahasa
Sumsel 2018 harus mengikuti 3 rangkaian test. Yang pertama kepribadian, ditahap
ini Ibu pewawancaraku lemah lembut dan singkat sekali menanyaiku. Beliau
bertanya, “sudah berapa banyak teman yang
kamu kenal selama mengikuti tahapan test ini?” Karena kebetulan aku sudah
kenal banyak orang, jadi berasa seneng aja. Hehe. Aku jawab 10! Padahal kan
baru Kak Benny, Kak Tomi, Agus sama satu lagi. Singkatnya Ibu bertanya lagi
mengenai Bahasa Indonesia saat ini.
Bagiku, Bahasa Indonesia memiliki tempat tersendiri.
Apalagi setelah mengikuti serangkaian test dan menjadi salah satu finalis.
Tapi, jauh sebelum itu, aku sudah menjadi penikmat cuitan penuh ilmunya Ivan
Lanin, aku menerapkan ilmu-ilmu kecil seperti mengurangi menyingkat kata,
menggunakan tanda baca yang baik dan benar. Untuk dua hal yang berharga ini aku
mau berterima kasih dengan Ibu C. Ngatirah selaku wali kelas VI-ku dan Ibu Ida
Yulia, guru Bahasa Indonesia semasa SMA yang penuh prestasi dan inspirasi.
Selanjutnya, sesi kebahasaan. Di sesi ini esai yang
kita tulis akan dibahas dan tentunya mengenai kemampuan berbahasa daerah.
Karena aku berasal dari Palembang, diminta untuk berbahasa Palembang alus alias
bebaso. Malangnya, sekian lama belajar kearifan lokal aku baru pertama kali
mendengar bebaso hari itu. Jadi keinget waktu ngobrol sama temen dari
Kalimantan Tengah, yang menanyakan Bahasa Palembang. Teman nanyain, apa ada
bahasa alusnya dan aku jawab penuh keyakinan. Gak ada.
“Kak, ada loh! Bebaso! Kakak nak Rumi ajari
dak?”
Karena tidak bisa bebaso, ditanyalah mengenai
makanan khas Palembang kesukaanku. Langsung tanpa basa-basi, serikayo! Diminta
menjelaskan tentang serikayo. Hm!!! Tiba-tiba aku merasa hobi masakku
benar-benar membantu.
Minat
dan Bakat
Tahapan yang membuatku tak berdaya. Lemah. Karena
bingung dan lupa kalo aku ada bakat jadi penulis! Wkwk, jadi saat mengisi form
aku cuma nulis bakatku mengajar? Apa ngajar itu bakat ya Rum? Ya Allah Rum....
sepertinya Kak Ivana, Kak Nandya dan para panitia pun bisa mengajar ya Rum.
Sudahlah. Hehe. Bakat satu lagi yang aku tampilin adalah.... baca puisi, ini
beneran dadakan tanpa persiapan. Karena memang suka baca puisi dan sering baca
puisi walau via telpon dan cuma didengerin Bibah dan Suzy, aku tahu aku
berbakat.
Aku membacakan puisi Wiji Thukul, Tembok dan Bunga!
Satu-satunya puisi yang terpikir saat menunggu antrian test bakat ini. Puisi
yang aku suka dan tidak melulu tentang cinta.
Selesailah serangkaian test hari itu, melihat peserta
lain dan berkenalan langsung. Aduh, aku siapa banget. Mereka semua berbakat dan
jauh lebih baik.
Satu-satunya yang buat aku berharap ya karena ini
Duta Bahasa, jauh sekali orang seperti Rumi ini mau cari popularitas apalagi
samir. I just love this country and all
about it. Belajar mengenai negara
ini selalu membuatku tertantang, begitulah kiranya. Harapan lainnya aku bisa
tahu dan berperan lebih tentang literasi.
Cerita pra-pembekalan dan pembekalan di
post selanjutnya ya! Selamat dan semangat meraih kemenangan di Bulan Suci
Ramadan, wassalammualaikum. ♡
Rumi kereeen��
ReplyDeleteIni semata-mata karena Rumi temenan sama Mbak Murni lho mbak..
Deleteyang lain boleh berbakat, namun yang terpilih cuma satu.. :)
ReplyDeletekak boleh tanya-tanya soal duta bahasa sama kakak?
ReplyDeleteHallo! Boleh untuk email aja pertanyaan kamu ya. Terima kasih sudah baca ya.
Delete