Hari ini, aku dan temanku
memutuskan pergi ke salah satu mall di Palembang. Awalnya kami berniat untuk
menonton film, sayangnya daftar putar film di bioskop mall tersebut sudah aku
tonton semua. Jadi, kami memutuskan untuk makan siang bersama. Mall yang
menurutku sempat sepi karena ada beberapa mall yang letaknya lebih strategis
mulai hadir di kota pempek ini, mulai ramai sejak lantai dasar mall ini disulap
seperti pujasera. Menjual berbagai macam jajanan yang cocok untuk menemani
ngobrol atau sekadar melamun sendiri. Hehe. Selain itu tentu saja, pihak mall
merombak abis desain interiornya. Pujasera itu menjadi tempat dengan
pencahayaan super bagus dan instagramable.
Melalui kacamataku mall
ini terlihat memiliki target market yang terlalu lebar, beberapa brand
kenamaan hadir, tapi tak selengkap satu mall high end lainnya yang
letaknya lebih strategis. Mall ini cukup sering aku kunjungi karena sepiii rek,
asik gitu kan ke mall yang sepi.
Setelah menghadirkan
pujasera yang berisi jajanan ringan, mall ini terus berinovasi dengan menghadirkan
pujasera yang menjual berbagai makanan utama yang sangat cocok untuk makan
siang, makan malam, atau sekadar makan-makan. Tak ingin setengah-setengah,
interiornya pun disulap sedemikian rupa. Dengan pelayanan yang sangat baik
tempat ini akan membuatku kembali, dan merekomendasikannya. Selain asik untuk
makan, tempat ini juga memiliki space yang sangat nyaman untuk orang
yang ingin menulis, atau bekerja dari jarak jauh menggunakan laptop atau
gawai.
Dua gerbrakan dari
manajemen mall di atas menurutku cukup membuat pengunjung mall hari demi hari
semakin banyak. Setidaknya, mereka yang sudah pernah berkunjung memiliki hasrat
untuk kembali.
Hari ini, salah satu brand
kenamaan asal Swedia secara resmi membuka storenya di mall ini. Antrean
panjang para pengunjung saat aku masuk pintu mall sungguh membuatku
bertanya-tanya dan mengingat kembali kejadian yang sama di mall lain
saat salah satu brand fashion membuka store terbaru
mereka.
Yang menjadi pertanyaanku
adalah:
- Siapa yang menjadi target market dari kedua brand ini?
- Bagaimana karakter dari target market kedua brand ini?
- Apa yang mendasari orang-orang, mau datang lebih awal dan mengantre untuk membeli sebuah pakaian? Dengan kemungkinan, orang-orang tersebut sudah pernah mengunjungi store di kota lainnya.
- Disebut apakah fenomena ini?
Jujur aja aku kesulitan
menerka-nerka, karena aku bukan pengguna produk dari kedua brand
tersebut. Beberapa kali mengunjungi storenya di kota lain, belum
membuatku tertarik untuk membeli produknya. Ya, mungkin aku bukan target
market dari kedua brand tersebut. Begitu pula, tidak ada satu pun
produk dari brand mana pun yang bisa menggerakkan aku untuk ikut mengantre.
Semua hal ini membuatku
kembali ke moment pelatihan mengenai territory management
salah satu pemasok gawai terbesar di Indonesia. Pelatihan yang diikuti oleh area
sales manager tersebut setidaknya membuatku tahu apa-apa saja yang
menjadi pertimbangan untuk dibukanya sebuah store.
Untuk menentukan suatu
titik lokasi berpotensi untuk menghasilkan cuan, perusahaan harus menganalisa dengan
teliti. Dalam radius sekian kilometer, siapa saja yang tinggal di sana, berapa
penghasilannya, bagaimana mereka menghabiskan uangnya. Kira-kira store
yang seperti apa yang cocok untuk titik tersebut. Pernah gak males masuk toko
karena kelihatannya toko tersebut terlalu mewah? Lah kalo banyak orang yang
ngerasa gitu, sepi pengunjung dong. Semakin kecil kesempatan untuk produk terjual.
Gimana cara kita tahu?
Hehe. Bisa dipelajari. Jika tidak salah mengingat Mekdi adalah perusahaan
dengan territory management paling top!
Perusahaan yang menjual
produk menghabiskan banyak uang untuk melakukan riset agar produk mereka bisa
terjual dengan mudah. Salah satunya dengan lebih memahami karakter hingga
kebiasaan manusia. Bahkan mereka menciptakan kebutuhan. Haha.
Kira-kira seperti itulah, sebagai konsumen, ada produsen yang terus mengamati dan mencari tahu produk apa yang cocok untuk kita, cara yang tepat untuk menjualnya. Kalo kita tidak membentengi diri dengan sadar bahwa membeli itu berdasarkan kebutuhan bukan euphoria, aplagi gaya-gayaan, yah sayang banget.
Tulisan ini hanya sekadar keresahan hati dan juga rasa penasaran yang membeludak. Ada pendapat? Diskusi di kolom komen, yuk!
Comments
Post a Comment