Aku tertidur entah sejak pukul berapa, mungkin selepas isya, yang pasti tidak
lebih dari pukul sembilan. Sesekali terbangun mendengar bunyi pecah kembang
api di luaran sana, karena tertidur aku belum sempat mengunci pintu kamar dan
mematikan lampu. Saat terbangun, seketika aku langsung mencari gawaiku,
melihat penanda waktu, wah sebentar lagi pikirku, langit akan sangat meriah.
Aku tuang susu ke dalam gelas, perlahan ku buka pintu, menyesap susu sambil
berjongkok dan melihat langit yang penuh warna dari teras kosan.
Tidak terasa, waktu terus bergulir, terkadang terasa begitu lamban, tak jarang
ku rasakan seakan waktu berlari meninggalkanku. Ku tatap langit dengan nanar,
berusaha membayangkan 2022, mengingat keinginan-keinginan yang ingin dicapai,
tapi hanya kosong. Perjalanan ini, di mana kah ujungnya...
Jika 2022 begitu tabu, yang ku miliki hanya satu, rasa syukur untuk semua di
2021. Awal tahun yang berat, keberanian yang hebat, proses belajar yang tak
mudah, hingga kegagalan yang sedikit pahit. Banyak sekali wajah-wajah baru
yang direkam rapi oleh otak, ada beberapa perbincangan yang juga membekas, dan
pertemuan-pertemuan berkesan.
Aktornya tetap satu, yang terus-terusan menjadi pusat perhatian, entah seberapa banyak ku temui calon penggantinya tahun ini. Aku yakin tahun ini si Aktor harus berperan menjadi ksatria di cerita lainnya, entah sekuat apa aku menyiapkan hati, saat hari itu tiba, mungkin aku akan membanjiri kota. Terlalu banyak, sedang aku hanya diam bersembunyi, enggan merapal mantra, tak ingin menyapa, apalagi meminta. Aku hanya tidak ingin egois, sejak dalam doa.
Aktornya tetap satu, yang terus-terusan menjadi pusat perhatian, entah seberapa banyak ku temui calon penggantinya tahun ini. Aku yakin tahun ini si Aktor harus berperan menjadi ksatria di cerita lainnya, entah sekuat apa aku menyiapkan hati, saat hari itu tiba, mungkin aku akan membanjiri kota. Terlalu banyak, sedang aku hanya diam bersembunyi, enggan merapal mantra, tak ingin menyapa, apalagi meminta. Aku hanya tidak ingin egois, sejak dalam doa.
Perjalanan yang tak satu setan pun tahu rinciannya ini, mari kita hadapi
dengan penuh akal sehat. Berhenti bermalas-malas, yang pantas saja terkadang
hancur dalam beberapa hal, apalagi yang enggan berjuang, belajar yang benar,
menulislah, berkarya. Kelak akan ada manis-manisnya.
Berjuanglah Rum, untuk tidak tidur selepas subuh. Mulailah lagi Rum, untuk
mengatur makananmu, untuk kembali olahraga, dan bacalah banyak buku. Selamat
2022! Semoga yaaa.
Comments
Post a Comment