Aku tidak pernah membayangkan diriku menjadi besar. Berkedudukan, kaya-raya, memiliki kekuasaan tak terbatas, dan menjadi begitu kuat. Aku selalu kagok jika harus menulis runtutan keinginan atau cita-cita. Kehidupan tenang nan produktif, begitulah kiranya aku ingin menghabiskan waktu. Tidak menjadi penting, tapi memberi makna dan manfaat pada semua yang melingkariku. Seperti itulah kiranya, ada yang begitu berambisi, ada pula yang tak banyak maunya, saling melengkapi, mewarnai, dan hidup berdampingan.
Siapa yang benar-benar tahu bagaimana hidup ini harus dijalani? Atau, siapa yang benar-benar tahu apa tujuan dari hidup? Apakah bisa dirumuskan? Lalu disimpulkan, dan disamaratakan untuk setiap makhluk di muka bumi ini?
Pertanyaan yang tiba-tiba muncul, kerisauan yang tiba-tiba menyeruak, dan kepastian untuk semua manusia. Kepayahan kerap kali menelusuk. Lebih dari itu, menggerogoti dan menuntut. Agar segera diakhiri, detik demi detik, terus merasuki pikiran, menimbulkan rasa bersalah, rasa tak enak hati. Padahal setiap kepayahan pun sudah dijamin oleh Tuhan. Seperti itulah manusia, memikirkan sesuatu terlalu jauh, di luar kuasanya. Padahal, jika tangan ini tak mampu memberi secara langsung, ada pemiliknya yang Maha Kaya.
Jika ada kesempatan jangan pikir dua kali, lakukan saja, bisa jadi itu cukup berarti. Jika tak mampu, maka berserahlah, Tuhan sudah menjamin setiap manusia.
Hidup ini, haruskah dirayakan? Hidup yang satu kali ini, haruskah dirayakan?
Perayaan tidak melulu tentang dendang lagu, tepuk tangan, atau tiup lilin. Menulis bisa jadi perayaan. Makan bisa jadi perayaan. Berdoa bisa jadi perayaan. Rayakan! Rayakanlah dengan cara yang membuatmu lebih semangat dan ikhlas menjali hidup. Pilihlah cara merayakan milikmu, tidak ada yang baku, semuanya bisa dilakukan, asal tak merugikan.
Pilihan-pilihanmu adalah milikmu. Selamat merayakan kehidupan, setiap hari tanpa henti, sebagai rasa syukur, dan pencarian atas pertanyaan-pertanyaan yang terus bertambah dan meningkat kesulitannya.
Jadi inget waktu itu ada satu meme gitu yang nge-counter istilah YOLO (You Only Live Once) yang digandrungi anak muda.
ReplyDeleteSejatinya yang benar itu bukan YOLO, tapi YODO (You Only Die Once). We live everyday...