Aku kira seperti itulah akhirnya, aku harus berdamai
dengan rasa ingin yang mengusik. Keresahan yang dibumbui rasa pantas.
Sepertinya aku layak untuk ini, seharusnya aku bisa mendapatkan itu. Bergelut
dengan isi kepalaku, menakar semua kerja. Pada detik terakhir ku coba
fasilitasi diri, untuk mendobrak segala rasa sungkan, sekadar ingin tahu
di mana ujungnya.
Mulailah sebuah percakapan, yang memang
diperlukan, untuk sama-sama kembali mengingat tujuan dari semua ini. Merasa
pantas memang tak salah, seyogyanya rasa itu akan tumbuh menjalar. Tapi, butuh
ketenangan untuk memutuskan langkah-langkah yang akan dimabil selanjutnya.
Apakah aku masih begitu muda? Untuk terus
bergejolak menginginkan banyak hal. Tidak, aku ganti pertanyaannya. Apakah yang
aku inginkan terlalu banyak? Apakah aku menginginkan hal yang tak aku butuhkan?
Bahkan sesuatu yang belum pantas.
Di penghujung tahun yang tak mudah, mungkin bagi
banyak orang. Seperti yang selalu kuimani, bahwa duka lara bahkan
kesengsaraan tidaklah istimewa, setiap orang mengalaminya, dengan ekspresinya
masing-masing. Aku sendiri mengalami gejolak yang tak mudah untuk aku ikuti
dengan penuh kesadaran. Gejolak yang membawaku pada kerisauan terhadap beberapa
hal.
Lanjut kerja di mana ya? Lamar kerjaan di tempat
lain ga ya? Apakah sudah oke di bidang ini, atau mau kembali ke isu Pendidikan dan
Anak, ya?
Apakah tidak bekerja akan cukup menyenangkan ya?
Kapan nikah ya? Dengan siapa? Bisa bahagia dan
membagun keluarga ideal serta impian ga ya..
Apakah masih bisa tetap produktif hingga
bermanfaat jika nanti ku putuskan untuk menjadi Mba Rumah Tangga hingga Ibu
Rumah Tangga?
Kapan keinginan jalan-jalan ke luar negeri
dengan bebas dan percaya diri bisa terwujud ya? Siapa partner travel yang cukup
menyenangkan untuk aku ajak pergi?
Mau kuliah lagi, jurusan apa ya? Apakah
keinginan kuliah ini sungguh-sungguh? Apakah keinginan belajar ini benar
adanya? Apakah aku cukup mampu membayar mimpi ini, disaat ada kesempatan“kuliah”dengan
jalur mudah?
Apakah aku sudah cukup baik dan bermanfaat untuk
sekitarku?
Hal-hal yang mungkin tidak terlalu dipikirkan,
namun ada dan nyata aku inginkan. Ternyata, dibalik pengakuanku yang siap
menjadi biasa saja dan tak terlihat, secara tidak sadar aku telah menjelma
menjadi sosok yang diperhatikan, dipertanyakan, bisa jadi diperhitungkan. Namun,
bagiku tetap, menjadi bermakna jauh lebih penting dari pusat sorot.
Mendengar, menyaksikan, serta mendampingi banyak orang dan berbagai macam proses menjadi begitu asik juga riskan. Aku terpaksa
menjaga banyak hal, rahasia-rahasia kecil, hingga keputusan penting. Silih
berganti wajah-wajah itu hadir, sekadar mencari informasi hingga
memastikan banyak isu. Ya, sesekali aku keliru, bahkan melakukan kesalahan.
Aku meyakini, jalan ini pasti berbuah
manis, walaupun misuhnya tak habis-habis. Tak sanggup ku pendam, dan tak akan
sanggup aku bermanis-manis. Yang penting tak ada dendam kan? Tekanan, perlakuan
tak menyenangkan yang kuterima tak pernah sungkan ku hamburkan pada pendengar
setiaku. Sesekali aku menangis.
Pada satu pintu yang tak berhasil aku dobrak,
tenyata tanpa sadar telah membukakan pintu lainnya. Tak terduga dan bisa dengan
bangga aku sambut. Pintu yang telah dan akan selalu memberikan kesempatan
hebat, walaupun jalannya tak akan mudah. Pintu yang membuatku sadar, bahwa keberanian
telah membawaku pada kejernihan berpikir, bahkan memperjelas semua kerisauan.
Pintu yang bersih.
Memasuki pintu ini tidak akan mudah, tapi berpikiran
kerdil bukanlah pilihan. Seperti selama ini, dengan kekuatan bulan, matahari,
dan air laut, akan kutaklukan semuanya!
Teruntuk kamu, yang sudah menjadi penerang dari
segala gelap. Terima kasih sudah ada! Semoga kamu selalu mampu menyambut hangat
impian dan kerisauanku. Untuk semuanya yang sudah baca, terima kasih. Mari
berkarya dan bermanfaat.
Motto 2024: Tetap tenang dan kuasai keadaan.
Goals: Menaklukan dunia.
Sumber daya: Bulan, Matahari, dan Air Laut.
See ya!
Comments
Post a Comment