Skip to main content

At the Movie: Hidup Hanya Sepenggal Pertunjukan



Siapa sangka hari seperti ini datang. Kegaduhan, resah, gelisah, bahkan isak tangis. Aku memang tidak menyaksikan semuanya. Sebagian mereka juga bingung ingin tertawa atau menangis. Menjalani hari, menanti sebuah kepastian, tentu saja bukan hanya materi, tapi juga cita dan cinta yang selama ini sudah dirajut, demi apapun itu, kemuliaan.

Tiga tahun lalu, aku kira ini secercah harapan, yang lebih langgeng dari keseruan di tanah lapang. Aku pikir, aku juga bisa seperti mereka, bertahun memupuk diri, dengan hati yang penuh berniat memperbaiki. Fokus, luas dan juga dalam. Langkah demi langkah mencapai tujuan. Bertemu teman lama, dengan sederet pengalaman masa muda, di tempat yang sudah jauh lebih bermakna. Seperti itulah aku melihatnya, dedikasi kembali mempertemukan sekawanan yang tetap penuh asa akan cita-cita masa muda.

Hari ini kami punya cerita lain, sedikit nelongso. Tapi, kami terlalu pemberani untuk takut akan sebuah ketidakpastian. Hari ini kami bersedih, tentu saja juga mengutuk. Tenang, kami selalu tahu untuk memenangkan diri. Mengetahui bahwa bersedih juga harus diriakan. Menikmati, tapi sadar penuh kapan harus kembali. Ya, sekiranya begitulah hidup. Penuh dengan ujian, bisa jadi karena kita suka belajar.

Pada nilai-nilai yang berusaha diluhurkan, juga sikap-sikap yang kerap tak sopan. Sering kali, kami menghilang. Menyembunyikan banyak, agar tetap terlihat sedikit. Ya, memang hanya buih di lautan sih. Tapi akhir-akhir ini, aku menjelma batas, yang tak ingin segala bentuk arogansi mendekat. Tidak juga kamu, yang penuh tipu daya. Dalang dan segelintar wayang. Entah sudah sejahat apa dunia ini padamu, sehingga bayi yang dulu dininabobokan dengan penuh kasih sayang, bisa sedemikian rupa.

Ya, begitulah manusia. Bisa menjadi perantara cinta kasih juga durjana.

Pada masa depan yang terus-terusan diperhitungkan, baik buruknya, untung ruginya, detail demi detail. Semoga kita selalu tahu menempatkan diri di bumi ini. Berpijak dan menjadi manusia. 

Tulisan ini adalah buah keresahanku atas kondisi akhir-akhir ini. Tentu saja ini hanya sepenggal pertunjukan NYA. Meski pedih dan perih, kita selalu bisa kembali mawas diri, seperti status di kanal pesanku -- at the movie. Itulah hidup.
Hai! Salam kenal dariku ya. Rumi yang secara acak terkadang menulis, entah saat luang ataupun sibuk.

Comments